Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali menerpa industri padat karya nasional. Sebuah video viral yang memperlihatkan momen haru para karyawan PT Gudang Garam yang di-PHK secara massal membuka borok baru dalam ekosistem industri hasil tembakau (IHT). Konfederasi serikat pekerja memperingatkan dampak berantainya bisa meluas hingga merontokkan puluhan ribu pekerjaan di sektor logistik, ritel, dan UMKM, sementara petani tembakau sudah lebih dulu menjerit akibat penyetopan pembelian bahan baku.
HEADLINESIA.com, TUBAN, 7 SEPTEMBER 2025 – Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengguncang dunia industri dan media sosial. Video yang memperlihatkan para karyawan seragam merah-biru berpelukan dan berurai air mata usai dinyatakan di-PHK dalam sebuah aula menjadi viral di platform TikTok dan X sejak Sabtu (6/9/2025).
Namun, di balik layar, bantahan dari manajemen perusahaan justru menimbulkan ketidakpastian. Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyoroti sikap tertutup pihak Gudang Garam. “Beredarnya video PHK pekerja Gudang Garam malah dibantah oleh salah satu manajemen PT Gudang Garam Tuban. Mereka menyatakan perusahaan dalam kondisi baik-baik saja,” ujar Presiden KSPN, Ristadi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/9/2025).
Ristadi mendesak pemerintah turun tangan langsung untuk memastikan akurasi informasi dan mengambil langkah perlindungan bagi pekerja. “Ini yang sering saya katakan, mayoritas pengusaha jika terjadi PHK berusaha menutup-nutupinya,” tegasnya.
Dampak Berantai yang Mengkhawatirkan
Terlepas dari bantahan perusahaan, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai kabar PHK ini harus diantisipasi serius mengingat efek ganda yang akan ditimbulkannya. Presiden KSPI Said Iqbal memprediksi gelombang PHK tidak hanya akan menyapu pekerja di pabrik rokok, tetapi juga merembet ke berbagai sektor penopangnya.
“Bisa jadi ratusan ribu buruh berpotensi kehilangan pekerjaan. Ribuan buruh rokok PT Gudang Garam ter-PHK, dan puluhan ribu buruh lainnya juga akan ter-PHK seperti buruh tembakau, logistik, supir, pedagang kecil, supplier, hingga pemilik kontrakan,” papar Said Iqbal, Minggu (7/9/2025).
Said Iqbal menyayangkan melemahnya daya beli masyarakat dan terbatasnya pasokan tembakau sebagai pemicu penurunan produksi. Selain itu, banyak produk rokok dinilai kurang mampu mengikuti tren zaman sehingga kalah bersaing. “Ditambah pajak cukai rokok makin mahal. Selamatkan industri rokok nasional, selamatkan puluhan ribu buruh terancam PHK, tapi tetap dijaga kampanye kesehatan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pemerintah agar tidak hanya berjanji manis. “Jangan seperti kasus PHK Sritex yang hanya janji manis, THR saja tidak dibayar,” imbuhnya.
Jeritan Petani Tembakau Sebelumnya
Isu efisiensi di Gudang Garam rupanya sudah berdampak lebih dulu pada hulu industrinya, yakni para petani tembakau. Pada Juni 2025 lalu, kabar penyetopan serapan tembakau oleh perusahaan asal Kediri itu telah beredar.
Ketua Umum DPN Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Agus Parmuji, menyebut berhentinya pembelian oleh Gudang Garam dan pabrik besar lainnya seperti Nojorono sebagai “kabut hitam” perekonomian nasional.
Dia memberikan gambaran nyata: Gudang Garam biasa menyerap sekitar 700.000 keranjang tembakau dari sentra pembelian di Temanggung, yang mencakup hasil produksi petani dari 6 kabupaten. “Pada 2023, uang yang beredar dari Gudang Garam dalam 3 bulan mencapai Rp1,75 triliun. Kini, uang sebesar itu hilang dan menggerus ekonomi petani serta turunannya,” kata Agus pada Senin (23/6/2025).
Krisis ini diperparah dengan merosotnya harga jual tembakau. Bupati Temanggung, Agus Setyawan, mengonfirmasi melemahnya pasar. “Sejumlah pabrikan besar menghentikan atau menurunkan pembelian. Djarum masih beli tapi turun drastis, Nojorono kemungkinan kecil membeli lagi,” ujarnya pada Selasa (17/6/2025).
Data dari Pemprov Jawa Tengah menunjukkan harga tembakau kualitas terbaik kini rata-rata dijual di bawah Rp75.000 per kg, turun dari kisaran Rp90.000-Rp125.000 per kg pada September 2024. Padahal, Temanggung yang memproduksi 10.000-11.000 ton tembakau tahun ini kehilangan penyerap terbesarnya, Gudang Garam, yang biasa membeli separuh dari total produksi atau sekitar 7.000-8.000 ton.
Dengan demikian, ancaman PHK massal ini bukan hanya isu internal perusahaan, melainkan krisis multidimensi yang mengancam mata pencaharian ratusan ribu keluarga dari pabrik hingga ke ladang tembakau.
Comment