Gelombang informasi bohong yang sengaja dirancang untuk mengadu domba TNI dan Polri memaksa Pusat Penerangan (Puspen) Mabes TNI turun tangan. Dalam konferensi pers yang digelar ketat di Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (5/9/2025), institusi tentara membongkar satu per satu narasi provokatif yang menyudutkan prajuritnya sebagai dalang kerusuhan. Mulai dari intelijen yang dijebak sebagai provokator hingga prajurit yang dipiting saat hendak membeli nasi bungkus, semua dijelaskan dengan data dan alibi yang kuat, seraya menegaskan bahwa TNI-Polri tetap solid bagai baja dalam menjaga stabilitas nasional.
HEADLINESIA.com, JAKARTA, 6 SEPTEMBER 2025 – Di tengah hiruk-pikuk informasi digital yang keracunan hoaks, Pusat Penerangan (Puspen) Markas Besar TNI memilih untuk bersikap jernih dan transparan. Mereka secara resmi menggelar konferensi pers untuk membedah secara tuntas sejumlah kabar palsu yang meracuni persatuan bangsa, khususnya upaya sistematis untuk memicu keretakan antara TNI dan Polri.
Intelijen BAIS yang Dijebak Narasi “Provokator Pembakar Pom Bensin”
Sorotan pertama diarahkan pada viralnya foto dan narasi keliru tentang Mayor SS, seorang personel Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Freddy, perwakilan Puspen TNI, memaparkan kronologi detailnya. Pada 28 Agustus 2025, Mayor SS sedang menjalankan tugas intelijen di sekitar area demonstrasi. Saat berada di dekat pom bensin Mabes Polri, Jakarta Selatan, ia tiba-tiba ditarik paksa dan diinterogasi oleh sejumlah personel Brimob yang tidak mengenalinya.
“Di sini terjadi percakapan antara rekan Brimob dan Mayor SS,” ujar Freddy. Sang intel kemudian menegaskan identitas dan tugasnya. Meski sempat menghadapi tekanan dengan nada suara keras dari anggota Brimob senior, Mayor SS akhirnya menunjukkan identitasnya. Anehnya, alih-alih meminta maaf, anggota Brimob justru memerintahkan untuk mengambil foto bersama Mayor SS beserta dokumen identitasnya. Foto inilah yang kemudian dibajak dan disebarluaskan ke awak media dengan narasi bombastis: “Intel TNI Tertangkap Basah Hendak Bakar Pom Bensin”.
Puspen TNI dengan tegas membantahnya. “Ini sama sekali tidak benar. Mayor SS sedang menjalankan tugas intelijen, bukan menjadi provokator,” tegas Freddy, menepis semua fitnah yang beredar.
Pratu Handika: Diciduk Brimob Saat Perut Keroncongan, Bukan Anarkis
Kisah pilu lainnya datang dari Prajurit Satu (Pratu) TNI AD, Handika Novaldo. Nasib sial menimpanya saat ia hanya ingin mengisi perut dan bensin motornya di depan Kantor DPRD Sumatera Selatan. Tanpa alasan jelas, ia justru dipiting dan dituduh sebagai perusuh oleh personel Brimob setempat. Video pemitingan yang memperlihatkan kartu identitasnya itu pun viral, menjadi santapan empuk bagi para pembuat narasi adu domba.
Freddy mengakui, adegan itu sangat mudah dibelokkan. “Ya, dengan agak dipiting gitu ya, jadi wajar kalau misalnya di-framing, cepat sekali sebarannya,” tuturnya. Beruntung, setelah dilakukan klarifikasi, kebenaran akhirnya terungkap. Brimob Polda Sumsel pun menyadari kesalahpahaman besar itu. Dansat Brimob Polda Sumsel secara resmi memohon maaf atas penindakan yang berlebihan. Kapendam setempat juga menegaskan, Pratu Handika sama sekali tidak terlibat unjuk rasa, ia hanya korban suasana yang salah tempat dan salah waktu.
Warga Sipil Catut Identitas TNI, Pengakuan Palsu untuk Lindungi Diri
Puspen TNI juga mengungkap modus lain: warga sipil yang memakai kedok TNI untuk berbuat onar atau sekadar melindungi diri. Di Ternate, seorang pelajar 16 tahun bernama Pascal Mamangkey disebut-sebut sebagai anggota TNI yang membuat onar. Kapolres Ternate telah mengklarifikasi bahwa ia hanyalah pelajar biasa, didampingi sang ibu untuk memberikan keterangan resmi.
Kisah serupa terjadi pada Fajri Buhang (26), yang diamankan massa karena mencurigakan. Untuk menyelamatkan diri, ia mengaku sebagai anggota TNI, tetapi gagal menyebut satuan asalnya dan menunjukkan kartu identitas. Terakhir adalah tersangka berinisial M yang hendak menyerang Markas Brimob Cikeas. Pengakuannya bahwa ia disuruh “anak anggota TNI” ternyata hanya akal-akalan untuk meloloskan diri dari jerat hukum. “Ia sengaja mencatut nama agar mendapat perlindungan,” imbuh Freddy.
Teguhkan Soliditas, TNI-Polri Bertekad Jaga Persatuan Bangsa
Di balik semua kebohongan ini, Freddy mencium adanya upaya terstruktur untuk memecah belah. “Potensi untuk membentur-benturkan antara TNI, Polri, kemudian aparat dengan masyarakat itu begitu besar, dan itu otomatis akan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya dengan nada prihatin.
Konferens pers ini sendiri bukan hanya pernyataan sepihak. Kehadiran Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, menjadi bukti nyata soliditas tersebut. “Tentu ini sebagai wujud soliditas antara TNI dan Polri,” tegas Trunoyudo.
Freddy menutup pernyataannya dengan pesan yang gamblang dan menenangkan. “Sampai saat ini TNI-Polri itu solid dalam menjaga stabilitas keamanan nasional, serta akan terus bersinergi untuk menciptakan rasa aman, tertib, dan kondusif.” Sebuah penegasan bahwa persaudaraan abadi TNI dan Polri tidak akan goyah oleh badai hoaks sekalipun.
Comment