SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lingkungan
Home / Lingkungan / Banjir Bali:  154 Ton Sampah Harus Diangkut, Plastik Dominan

Banjir Bali:  154 Ton Sampah Harus Diangkut, Plastik Dominan

Kondisi bangunan ruko yang hancur diterjang banjir terlihat di kawasan Jalan Sulawesi, Denpasar, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah bangunan seperti ruko, toko dan rumah warga di wilayah Denpasar mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi di sejumlah titik sejak Rabu pagi. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nz)
Kondisi bangunan ruko yang hancur diterjang banjir terlihat di kawasan Jalan Sulawesi, Denpasar, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah bangunan seperti ruko, toko dan rumah warga di wilayah Denpasar mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi di sejumlah titik sejak Rabu pagi. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nz)

Banjir besar yang melanda Bali pada Rabu (10/9/2025) tidak hanya menyisakan duka dan kerusakan, tetapi juga meninggalkan ‘warisan’ berupa 154,65 ton timbunan sampah. Pemerintah Provinsi Bali bersama sejumlah komunitas dan nelayan kini berjibaku membersihkan gunungan sampah, dengan fokus utama pada penyelamatan kawasan mangrove dari ancaman kontaminasi sampah plastik yang mendominasi.


HEADLINESIA.com, DENPASAR, 13 SEPTEMBER 2025 – Pasca-banjir bandang yang merendam sejumlah kawasan, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali mengerahkan semua sumber dayanya untuk menangani dampak limbah. Sampah sebanyak 154,65 ton yang berhasil diangkut merupakan campuran dari potongan kayu, pohon tumbang, sampah organik, hingga anorganik seperti plastik, beton, lumpur, logam, dan limbah B3 dari barang serta bangunan hanyut.

Kepala DKLH Provinsi Bali, I Made Rentin, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas dominasi sampah plastik yang terlihat pasca-banjuir. “Kita melihat tumpukan sampah, terutama plastik, yang cukup mengkhawatirkan. Saat banjir kemarin, yang paling dominan terlihat adalah sampah plastik. Ini menjadi peringatan bagi kita semua,” tegas Rentin saat memantau langsung pembersihan di kawasan mangrove, Sabtu (13/9/2025).

Rentin menegaskan bahwa pembersihan ini adalah agenda prioritas untuk menyelamatkan ekosistem pesisir. “Fokus kami bukan hanya membersihkan, tetapi juga menyelamatkan mangrove agar tidak rusak akibat kontaminasi sampah,” ujarnya. Ia memperingatkan bahwa tanpa penanganan cepat, timbunan sampah dapat mencemari lingkungan dan bahkan mematikan tanaman mangrove yang vital bagi pencegahan abrasi.

Targetnya ambisius. Rentin memproyeksikan seluruh kawasan mangrove bisa bersih dari sampah dalam tiga hingga empat hari ke depan. Namun, ia menekankan bahwa misi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. “Tidak ada kata menyerah, apalagi lelah. Semua komponen kita gerakkan. Upaya ini memerlukan kesadaran kolektif seluruh pihak, termasuk dunia usaha,” paparnya.

Gubernur Aceh Tolak Pemotongan Dana Transfer

Seruan untuk membangun kesadaran kolektif terhadap ancaman sampah plastik menjadi poin kunci lainnya. Rentin berharap peristiwa ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih sadar lingkungan, sehingga kejadian serupa dapat diminimalisir di masa depan. Dengan kerja bakti yang dilakukan, harapan besar terpulihnya Bali pascabanjir semakin nyata.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×
×