HEADLINESIA.com, JAKARTA, 12 AGUSTUS 2025 –Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih siap menjadi garda terdepan penyedia obat terjangkau di pelosok negeri. Berkat kesepakatan strategis dengan industri farmasi nasional, baik BUMN maupun swasta, apotek desa di bawah naungan Kopdes Merah Putih akan menjual obat-obatan dengan harga 10% hingga 20% lebih murah dibandingkan ritel modern. Langkah ini dipastikan mampu menjadi jaring pengaman kesehatan bagi masyarakat desa.
Wakil Menteri Koperasi dan UKM, Ferry Juliantono, menegaskan komitmen perusahaan farmasi dalam rapat koordinasi mengenai gerai klinik dan apotek Kopdes Merah Putih di Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025). “Kita bisa mendapatkan harga eceran, bisa 10%—20% di bawah retail modern. Karena harapannya semakin ke desa, harga obat bisa semakin murah,” tegas Ferry. Dia meyakini kerja sama ini, sebagai penugasan pemerintah, tidak akan menggerus profit perusahaan secara signifikan berkat adanya diskresi.
Dukungan kuat juga datang dari sektor jaminan kesehatan. “BPJS Kesehatan juga tadi sudah menyetujui bahwa obat-obatan yang dijual di puskesmas bisa dijual di [apotek] desa,” tambah Ferry, menyebut kesepakatan ini sebagai perkembangan yang menarik dan memberi pemahaman lebih baik bagi semua pemangku kepentingan.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, yang hadir dalam rapat yang sama, membeberkan alasan di balik potensi harga murah tersebut. Skala operasional Kopdes Merah Putih yang menargetkan 80.000 unit di seluruh Indonesia menjadi daya tawar utama. “Kalau dalam estimasi saya mungkin sekitar 40%-50% dari harga obat [dari pemasok] bisa diskon. Sehingga mereka akan menjual obat yang lebih murah sekitar 10%-20% dari harga yang dijual di Indomaret,” jelas Dante. Dia meyakini model apotek desa ini akan berkembang pesat dan menjadi magnet bagi masyarakat.
Dante juga secara khusus mengajak seluruh pelaku usaha farmasi, baik BUMN maupun swasta, untuk memberikan potongan harga signifikan bagi apotek desa. “Apotek desa yang tersebar hingga pelosok negeri disebut menjadi daya tawarnya,” ungkap Dante, menawarkan alternatif skema dari yang selama ini diberikan ke rumah sakit.
Mekanisme pasokan obat ke apotek desa akan mengadopsi sistem konsinyasi, mirip dengan praktik di rumah sakit dan apotek pada umumnya, bukan pembelian putus. “Seperti yang kita belajar as usual di rumah sakit atau di apotek yang sekarang ada, itu yang akan dilakukan di apotek desa,” jelas Dante mengenai sistem yang meminimalisir risiko stok bagi Kopdes.
Target kehadiran Kopdes Merah Putih semakin konkret. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, sebelumnya menargetkan sekitar 10.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih beroperasi penuh pada Agustus 2025, bahkan berpotensi melampaui target tersebut.
Kolaborasi Kemenkop, Kemenkes, BPJS Kesehatan, dan industri farmasi melahirkan terobosan signifikan yaitu Apotek Kopdes Merah Putih siap mendistribusikan obat dengan harga jauh lebih murah (hingga 20%) di desa-desa seluruh Indonesia. Dengan sistem konsinyasi dan target puluhan ribu unit, program ini diharapkan menjadi solusi nyata meningkatkan akses dan keterjangkauan obat bagi masyarakat pedesaan.
Bergabunglah di Channel WhatsApp untuk update berita lainnya
Comment