Bandung, 28 Mei 2025 – Produk sayuran segar nan rapi di rak-rak supermarket ternama seperti Superindo dan Aeon ternyata menyimpan kisah inspiratif dari dunia pesantren. Sayuran organik premium itu berasal dari Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Ittifaq, Ciwidey, Bandung, yang berhasil menembus pasar ritel modern berkat kualitas bersertifikat internasional dan strategi agribisnis terpadu.
Agus Setia Irawan, Ketua Kopontren Al Ittifaq, mengungkapkan kunci keberhasilannya. “Produk kami telah melalui penelitian lembaga bereputasi internasional dan mendapat rekomendasi bertaraf global. Ini menjadi pertimbangan utama supermarket nasional menerima produk kami,” jelas Agus saat dikonfirmasi, Senin (26/5/2025).
Skala Produksi & Jaringan Petani:
Al Ittifaq bukan sekadar pemasok kecil. Dengan lahan 11 hektare milik pesantren plus 30 hektare untuk kopi (hibah Perhutani), mereka memproduksi 3,2 ton sayuran organik per hari mencakup 63 jenis, seperti tomat, kentang, wortel, dan kale. Sebanyak 270 petani alumni yang tergabung dalam 10 kelompok tani di Bandung, Bandung Barat, dan Cianjur menjadi tulang punggung pasokan. Kopontren bertindak sebagai aggregator dan off-taker, membeli hasil panen dengan harga lebih layak ketimbang tengkulak.
Strategi Ketahanan Pangan Berbasis Pesantren:
Agus memaparkan lima pilar utama ketahanan pangan Al Ittifaq:
- Pertanian Organik & Permakultur: Didukung pelatihan dari PUM Netherland Senior Expert dan JICA (Japan International Cooperation Agency) selama dua tahun, memastikan stok pangan sepanjang tahun.
- Produksi Skala Besar: Memenuhi kebutuhan internal, pasar tradisional (60%), hotel, restoran, serta ritel modern di Bandung-Jakarta.
- Kopontren: Mengelola bisnis secara profesional terpisah dari divisi pendidikan pesantren.
- Diversifikasi Ekonomi: Mengintegrasikan peternakan (sapi, domba, ayam, ikan) dan usaha kecil (garment). Limbah pertanian jadi pakan ternak, kotoran ternak diolah jadi biogas & pupuk, menciptakan ekonomi sirkular.
- Kerja Sama & Ekspansi: Bermitra dengan 76 pesantren di Jawa-Sumatera sebagai pemasok, rencana bangun gudang & pusat distribusi di Majalengka, serta ekspor ke Jepang dan Belanda. Pasar digital juga sedang dikembangkan.
Inovasi Teknologi & Penghargaan Lingkungan:
Al Ittifaq membuktikan komitmen lingkungannya dengan Penghargaan Kalpataru 2003 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kategori eco-pesantren. Inovasi terkini adalah penggunaan greenhouse berbasis Internet of Things (IoT) dengan sistem pengairan otomatis. Santri melakukan kontrol ketat terhadap unsur hara, kelembapan, cahaya, dan pH tanah.
“Salah satu hasilnya, tomat ceri greenhouse kami rasanya lebih manis, warna lebih cerah, daya simpan lebih lama, dan masa panen mencapai 8-12 bulan tanpa tergantung musim,” imbuh Agus. Prinsip “jangan ada sejengkal tanah yang tidur” dan 3K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas) menjadi pedoman.
Kurikulum Agribisnis & Apresiasi Pemerintah:
Pesantren mengintegrasikan agribisnis (penanaman, panen, pengemasan, distribusi) dalam kurikulum untuk 450-550 santri (SD-SMA), mencetak petani milenial dan wirausaha. Pimpinan Pesantren, KH Fuad Affandi, menanamkan disiplin lingkungan berbasis nilai Islam “anti mubazir“.
Direktur Pendidikan Pesantren Kemenag RI, Dr. Basnang Said, memberikan apresiasi tinggi. “Al Ittifaq memberi teladan konkret pemberdayaan ekonomi dan cinta lingkungan, sesuai arahan Menteri Agama dan Astaprotas Kemenag. Mereka bukti pesantren mampu berdaya dan berbuat luas untuk kemaslahatan,” tegas Basnang, Rabu (28/5/2025).
Keberhasilan Al Ittifaq menembus rak supermarket nasional sekaligus membangun ketahanan pangan mandiri menjadi model inspiratif bagi pesantren dan komunitas pertanian Indonesia.
#headline #headlinesia #pesantren #pangan
Comment