SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lifestyle
Home / Lifestyle / Wawacara Esklusif: Traveler Top Indonesia Kritik Hospitality Pacu Jalur

Wawacara Esklusif: Traveler Top Indonesia Kritik Hospitality Pacu Jalur

Raiyani Muharramah, Traveler Indonesia. foto: Dok. Pribadi
Raiyani Muharramah, Traveler Indonesia. foto: Dok. Pribadi

HEADLINESIA.com, PEKANBARU, 18 SEPTEMBER 2025 – Sebuah pengalaman “traumatis” diungkapkan seorang traveler Indonesia populer usai menghadiri event budaya terbesar di Riau, Pacu Jalur 2025 di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Dalam wawancara eksklusif dengan headlinesia.com, traveler yang pernah merasakan pacu jalur pada 2018 ini mengaku kecewa dengan kondisi hospitalitas yang justru memburuk setelah event ini menjadi viral secara nasional.

Kesulitan akomodasi ekstrem, minimnya informasi, hingga kesan “dipalak” untuk harga tiket tribun menjadi catatan kelam yang membuatnya berpikir ulang untuk kembali. “Kuansing nyatanya belum siap menerima tamu, hanya disiapkan untuk menerima pejabat saja,” ujarnya dengan nada prihatin.

Euphoria viralnya event tahunan Pacu Jalur ternyata belum diimbangi dengan kesiapan infrastruktur dan pelayanan pariwisata yang memadai di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Hal ini diungkapkan secara blak-blakan oleh Raiyani Muharramah seorang traveler sekaligus Fotografer Indonesia yang sangat populer kepada headlinesia.com dalam sebuah wawancara eksklusif, usai menghadiri perhelatan akbar tersebut.

Raiyani membagikan pengalaman buruknya, mulai dari ancaman tidak mendapat penginapan hingga kepanikan di tengah kerumunan karena kurangnya petunjuk.

Dari “Dititipkan” di Rumah Penduduk hingga Dipalak Harga Kamar

Gubernur Aceh Tolak Pemotongan Dana Transfer

Menceritakan perbandingan antara kunjungan pertamanya di 2018 dan yang baru-baru ini, traveler tersebut menggambarkan kemunduran yang signifikan.
“Tahun 2018, saya seorang diri dan akhirnya menumpang di rumah keluarga teman. Saat itu saya sudah berpikir, bagaimana jika datang dengan grup? Ternyata kekhawatiran itu terbukti pada 2025. Meski booking berbulan sebelumnya, kamar yang dipesan tiba-tiba dinyatakan penuh mendekati hari-H. Kami baru dapat kamar jam 9 malam, itupun jaraknya 5 km dari lokasi,” ceritanya.

Ia menyayangkan praktik penjualan kamar yang tidak bertanggung jawab dan kenaikan harga yang tidak wajar. “Harga kamar bisa naik hingga 5 kali lipat. Ini sangat tidak bersahabat bagi traveler yang datang dengan sukarela dan mengeluarkan uang sendiri,” tambahnya.

Kesenjangan Pelayanan: Pejabat Diistimewakan, Tamu Sukarela Terabaikan

Point kritik terbesarnya adalah kesenjangan pelayanan yang sangat mencolok antara tamu undangan (pejabat) dan wisatawan umum.
“Saya lihat acara kemarin hanya mengutamakan ceremonial. Para pejabat dilayani dengan sangat baik, sementara kami, tamu yang datang jauh-jauh dan mendukung event ini, merasa seperti orang asing, kebingungan mencari informasi. Tidak ada kontak resmi atau orang yang bertanggung jawab untuk kami,” ujarnya dengan jujur.

Ia merasa seperti “kaum nomer belakang” yang tidak diperhatikan, padahal kontribusi wisatawan seperti dialah yang seharusnya menjadi tulang punggung pariwisata daerah.

Pemerintah Targetkan Bebas ODOL 2027, Riau dan Jawa Barat jadi Percontohan

Catatan Penting untuk Pemerintah Daerah dan Provinsi

Traveler populer ini memberikan beberapa rekomendasi prioritas untuk perbaikan di masa depan:

  1. Pembangunan Hotel dan Homestay: Mendesak adanya pembangunan akomodasi yang layak, tidak harus mewah, tetapi dengan pelayanan dan fasilitas yang baik.
  2. Pemberdayaan Relawan Wisata: Menggerakkan siswa atau mahasiswa sebagai satgas wisata untuk membantu tamu terkait informasi akomodasi, kuliner, dan transportasi.
  3. Sistem Informasi Terpadu: Membuat portal atau contact center resmi yang dapat diakses wisatawan untuk memastikan ketersediaan kamar dan informasi acara.
  4. Penataan Arus dan Kebersihan: Menata alur masuk-keluar lokasi, menambah tempat sampah, dan mengedukasi pengunjung untuk menjaga kebersihan.
  5. Patokan Harga Resmi: Pemerintah harus turun tangan menetapkan dan mengawasi harga tiket tribun serta kamar hotel untuk menghindari praktik “pemalakan” yang merusak pengalaman wisatawan.

Potensi Wisata Pendamping dan Harapan ke Depan

Meski banyak kritik, traveler ini tetap melihat potensi besar Kuansing di luar Pacu Jalur. Seni Tari dan Musik tradisional adalah keunikan yang paling menarik. Itu bisa ditonjolkan dengan panggung permanen untuk pertunjukan rutin, dilengkapi dengan kuliner khas dan souvenir,” paparnya.

Namun, untuk menjadikan Pacu Jalur sebagai destinasi kelas dunia yang didatangi wisatawan mancanegara, ia pesimis tanpa pembenahan mendasar. “Target mancanegara akan sulit dicapai tanpa perbaikan sarana dan prasarana. Saya sendiri trauma untuk datang kembali kecuali ada perubahan nyata,” tutupnya mengingatkan.

 Adik Jusuf Kalla Jadi Tersangka, Kerugian Negara Tembus Rp1,35 Triliun

Dengan datangnya Menteri, Wakil Presiden, hingga Selebriti Internasional, Pacu Jalur telah mendapat sorotan yang tepat. Kini, bola ada di pihak pemda untuk menjawab tantangan ini dan mengubah momentum viral menjadi warisan pariwisata yang berkelanjutan dan welcoming untuk semua tamu.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×
×