HEADLINESIA.com, MADIUN, 7 AGUSTUS 2025 – Ketegangan memuncak di halaman Kantor Bupati Pati, Selasa (5/8/2025), antara personel Satpol PP dan massa penggalang donasi yang mempersiapkan demonstrasi besar menolak kenaikan tajam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2). Insiden penyitaan paksa logistik donasi, termasuk ratusan dus air mineral, memicu adu mulut hingga aksi saling dorong, memperdalam jurang antara warga geram dan Pemkab Pati pimpinan Bupati Sudewo.
Pemicu Kemarahan: PBB Naik 250% dan Tantangan Bupati
Aksi demo yang direncanakan 13 Agustus mendatang merupakan bentuk penolakan keras terhadap kebijakan Pemkab Pati yang menaikkan tarif PBB-P2 hingga 250% melalui Perbup Nomor 17 Tahun 2025. Bupati Sudewo beralasan kenaikan ini untuk menggelontor dana pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik. Namun, sikapnya justru memantik amarah warga. Di depan wartawan pada 15 Juli lalu, Sudewo secara terbuka menantang para penentang kebijakannya: “Siapa yang akan melakukan penolakan? Yayak Gundul? Silakan lakukan. Jangan hanya 5.000 orang, 50.000 orang saja suruh ngerahkan, saya tidak akan gentar!” Pernyataan viral ini dianggap sebagai pemicu utama pendirian posko donasi.
Posko Donasi Jadi Medan Pertempuran
Sejak Jumat (1/8/2025), warga yang tergabung dalam “Masyarakat Pati Bersatu” membuka posko pengumpulan logistik tepat di luar pagar Kantor Bupati. Ratusan dus air mineral menumpuk hingga hampir menutupi pagar. Koordinator aksi, Ahmad Husein, menyatakan pendirian posko itu adalah jawaban atas tantangan Sudewo sekaligus bukti dukungan massa. “Makanya saya berani bikin posko donasi di sini, biar dia (Sudewo) melihat bahwa masyarakat benar-benar mendukung! Sumbangan segini banyaknya ini dari masyarakat semua,” tegas Husein.
Namun, Satpol PP Pati mendatangi posko, meminta pemindahan dengan alasan area alun-alun sedang dipersiapkan untuk perayaan Hari Jadi ke-702 Kabupaten Pati dan HUT ke-80 RI. Plt Kepala Satpol PP Pati, Sriyatun, menilai posko melanggar aturan ketertiban umum. “Langsung di bawah videotron itu tidak boleh. Di Kabupaten Pati ada aturannya,” ujarnya. Tawaran pemindahan sementara ditolak Husein, yang hanya bersedia jika posko dipindahkan ke dalam kompleks Kantor Bupati.
Penyitaan Paksa Picu Aksi Heroik dan Adu Mulut
Ketegangan memuncak saat Plt Sekda Pati, Riyoso, tiba dan memerintahkan personel Satpol PP menyita tumpukan air mineral. “Semuanya masukkan biar tertib ! Ini mengganggu ketertiban umum! Kata-katamu itu provokator!” teriak Riyoso. Massa berusaha menghalangi. Salah satu pentolan aksi, Supriyono, nekat merangsek ke atas truk Satpol PP dan melemparkan kembali dus-dus air mineral yang sudah dimuat. Dari atas truk, Supriyono menghardik Riyoso: “Kamu seenakmu sendiri! Tahu nggak kalau kebijakan Sudewo melanggar Perda! Karaoke ilegal kamu biarkan! Malah wong cilik kamu injak-injak! Pengecut kamu Riyoso!”
Setelah aksi heroik Supriyono yang berakhir didorong petugas, truk Satpol PP membawa logistik yang tersisa ke markas. Massa kemudian bergerak ke markas Satpol PP menuntut pengembalian barang sitaan. Kuasa hukum massa, Esera Gulo, menegaskan penyitaan itu tidak sah: “Mereka tidak punya surat tugas, surat penyitaan… Jelas kalau kami laporkan, ini tindak pidana pencurian.” Akhirnya, Satpol PP bersedia mengembalikan logistik.
Klaim Prosedur Vs Janji Demo Lanjut
Riyoso membantah penyitaan ilegal, menyatakan tindakannya demi persiapan Kirab Boyongan Hari Jadi Pati pada 6-7 Agustus dan sudah dilengkapi surat tugas. “Bukan melarang demo, tapi demi keteraturan tempat dan waktu. Aspirasi masyarakat dihargai, tapi harus tertib,” katanya. Ia juga menyebut lebih dari 35 desa telah melunasi PBB-P2 baru dan warga yang keberatan bisa mengajukan keringanan secara prosedural.
Namun, Husein dan Masyarakat Pati Bersatu bertekad melanjutkan rencana demo pada 13 Agustus mendatang. Mereka bersikeras tidak akan memindahkan posko donasi dan menegaskan aksi ini murni dari masyarakat tanpa kepentingan politik. “Kami tidak akan mundur. Aksi 13 Agustus jalan terus,” tegas Husein. Ketegangan antara warga Pati dan pemimpinnya, Sudewo, dipastikan masih akan memanas hingga hari H unjuk rasa tiba.
Comment