Politik
Home / Politik / Sarjana Menganggur Capai 1 Juta, DPR Soroti “Kegagalan Sistemik”

Sarjana Menganggur Capai 1 Juta, DPR Soroti “Kegagalan Sistemik”

Sarjana Menganggur Capai 1 Juta, DPR Soroti "Kegagalan Sistemik". Foto Ilustrasi
Sarjana Menganggur Capai 1 Juta, DPR Soroti "Kegagalan Sistemik". Foto Ilustrasi

headlinesia.com, Jakarta, 8 Juli 2025 – Lebih dari satu juta lulusan perguruan tinggi di Indonesia tercatat sebagai pengangguran pada tahun 2025. Angka memprihatinkan ini memicu kritik pedas dari anggota parlemen yang menyebutnya sebagai “ironi besar” di tengah potensi bonus demografi dan “kegagalan sistemik” dalam menyelaraskan dunia pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.

Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (8/7/2025), menyoroti data terbaru yang menunjukkan tingginya pengangguran sarjana. Data tersebut merujuk pada paparan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, dalam Kajian Tengah Tahun INDEF 2025 di Jakarta, Rabu (2/7/2025). Berdasarkan data Kemnaker:

  • Total angkatan kerja nasional: 153,05 juta.
  • Jumlah pekerja: 145,77 juta.
  • Jumlah pengangguran: 7,28 juta (Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT: 4,76%).
  • Profil penganggur berdasarkan pendidikan:
    • Sarjana (S1): 1.010.652 orang (Terbanyak ke-3 setelah SMA dan SD/SMP)
    • Diploma: 177.399 orang
    • SMK: 1.628.517 orang
    • SMA: 2.038.893 orang
    • SD & SMP: 2.422.846 orang

“Kegagalan Sistemik” dan Ironi Anggaran Besar:
Nurhadi, politikus Partai NasDem, menyatakan keprihatinan mendalam. “Lebih dari satu juta sarjana menganggur? Ini merupakan ironi besar di tengah bonus demografi yang seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk meraih kemajuan,” tegasnya. Ia menilai fenomena ini bukan sekadar angka statistik, melainkan mencerminkan “kebuntuan total” hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja.

Ironi lain yang disoroti adalah besarnya anggaran pendidikan nasional tahun 2025 yang mencapai Rp 76,4 triliun, dengan sekitar Rp 4,7 triliun di antaranya dialokasikan khusus untuk pengembangan sarana dan prasarana perguruan tinggi negeri. Namun, menurut Nurhadi, investasi triliunan rupiah ini belum berdampak signifikan pada penyerapan tenaga kerja lulusan universitas.

“Kita sedang menghadapi situasi yang sangat absurd. Negara menginvestasikan triliunan rupiah untuk pendidikan tinggi, tetapi hasilnya justru banyak yang menjadi penganggur. Ini adalah kegagalan sistemik,” ujar Nurhadi. Ia menggambarkan kondisi ini secara gamblang sebagai “panen sarjana, tetapi ladangnya kosong”, menekankan kesenjangan serius antara output pendidikan dan kesiapan pasar kerja.

Kasus Impor Gula: Charles Sitorus Eks ASDP Divonis 4 Tahun, Tom Lembong 4,5 Tahun

Menyikapi situasi ini, Nurhadi mendesak pemerintah untuk segera melakukan transformasi mendalam, khususnya di sektor ketenagakerjaan dan pendidikan tinggi. Fokus utama yang ia tekankan adalah penciptaan sistem yang berbasis kompetensi dan relevansi dengan kebutuhan industri, terutama industri masa depan yang berbasis digital.

“Pemerintah harus serius dalam melakukan reformasi pendidikan vokasional dan penyerapan tenaga kerja yang berbasis digital serta relevan dengan industri masa depan,” tegas Nurhadi. Ia menekankan bahwa masalah pengangguran terdidik, khususnya sarjana, ini bukan hal yang bisa diabaikan lagi dan memerlukan langkah konkret serta terintegrasi antara kementerian/lembaga terkait, dunia pendidikan, dan industri untuk menciptakan link and match yang lebih efektif.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Advertisement
× Advertisement