Headlinesia.com, Pekanbaru – Dunia gaib dalam legenda Melayu Riau, bunian, merentang di panggung Gedung Anjung Seni Idrus Tintin. Bukan melalui sihir, melainkan lewat dedikasi puluhan siswa SD dan SMP Pekanbaru yang membawakan Drama Musikal “Senandung Bunian” selama tiga malam berturut-turut (23-25 Mei 2025). Pagelaran yang ditaja Yayasan Begawai Riau Independen ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah perjalanan budaya yang memikat dan memantik apresiasi.
Alkisah, sekelompok pelajar kota yang sedang berlibur di Siak tersesat dan tanpa sengaja memasuki alam bunian. Di dimensi lain itu, mereka berinteraksi dengan makhluk penghuninya, bahkan berjumpa dengan Sang Raja, Permaisuri, serta Putri yang cantik jelita. Konflik pun mengemuka ketika sang Putri berniat mengikuti mereka kembali ke alam manusia, memicu gesekan antara dunia modern anak-anak kota dengan penghuni bunian yang penuh misteri. Konflik budaya dan kerinduan akan yang berbeda menjadi napas ceritanya.
Yang membuat pagelaran ini istimewa, seperti ditegaskan Ketua Yayasan Begawai Riau Independen, Bennie Riaw, adalah keberanian dan talenta para pemainnya yang masih sangat belia. “Perjalanan yang ditempuh anak-anak kita cukup panjang hingga akhirnya bisa tampil seperti ini,” ujar Bennie Riaw kepada media, Sabtu (24/5/2025). “Ini bukan hanya pertunjukan. Ini adalah ruang pembelajaran budaya, khususnya Melayu Riau, yang akan membentuk identitas mereka.”
Persiapan yang matang terpancar jelas di atas panggung. Latar belakang (backdrop) yang bervariasi dan artistik berhasil menciptakan atmosfer alam bunian yang magis, menghanyutkan penonton dalam alur kisah. Dukungan tata cahaya yang dinamis dan tata suara (sound) yang jernih serta maksimal turut memperkuat penyampaian narasi dan emosi, memudahkan penonton menyelami setiap adegan dan dialog.
Meski digarap oleh pemain yang notabene masih duduk di bangku SD dan SMP, akting dan penghayatan mereka menuai acungan jempol. Perpaduan karakter anak muda perkotaan dengan penghuni bunian yang digambarkan sebagai generasi kampung, mengajarkan bahwa komunikasi dan saling menghormati dapat meruntuhkan sekat perbedaan. “Semoga kegiatan ini bisa menjadi modal bagi mereka, khususnya memperdalam seni,” harap Bennie. “Begitu juga anak-anak lain di Bumi Riau, mereka pasti bisa berkembang bila mau belajar.”
Pagelaran “Senandung Bunian” menjadi bukti nyata bahwa potensi seni generasi muda Pekanbaru dan Riau pada umumnya, sangat menjanjikan. Lebih dari sekadar hiburan, drama musikal ini adalah upaya konkret merawat akar budaya Melayu Riau, mengajak penonton untuk mengenal kembali kearifan lokal lewat cara yang segar dan penuh kreativitas. Senandung mereka bukan hanya menggema di gedung kesenian, tetapi juga menyentuh kesadaran akan pentingnya warisan budaya dalam membentuk jati diri generasi mendatang.
Comment